Jumat, 24 April 2009

Ketika Pangeran Mencari Isteri

(Bobo No. 8/XXVIII)
Pemenang Dongeng Pilihan HUT Bobo 2000 Oleh Sa’adatul Hurriyah


Suatu
ketika, terdapat sebuah kerajaan yang diperitah seorang raja yang
bijaksana. Namanya Raja Henry. Raja Henry yang telah tua itu ingin
segera turun takhta.
Raja
Henry memiliki seorang anak bernama Pangeran Arthur. Putra mahkota itu
baik hati, bertanggung jawab, serta bijaksana. Ia juga dekat dengan
rakyat. Itu sebabnya ia sangat cocok untuk memerintah kerajaan itu.
Tetapi sayangnya ia belum beristeri. Padahal salah satu syarat untuk
menjadi raja di kerajaan itu, pangeran harus memiliki isteri.

Kesibukan
di istana pun dimulai. Seluruh anggota kerajaan sibuk mencarikan wanita
yang cocok untuk Pangeran. Tapi, tak satu pun wanita yang dapat membuat
Pangeran Arthur jatuh cinta. Selalu saja ada kekurangannya di mata
Pangeran Arthur.
Pada
suatu hari, datanglah seorang pemuda pengembara. Ia datang ke kerajaan
dan menemui Pangeran yang sedang melamun di taman istana.
"Selamat pagi Pangeran Arthur!" sapa sang pengembara.

"Selamat pagi. Siapakah kau?" tanya Pangeran Arthur.

"Aku pengembara biasa. Namaku Theo. Kudengar, Pangeran sedang bingung memilih calon isteri?" tanya Theo.

"Ya,
aku bingung sekali. Semua wanita yang dikenalkan padaku, tidak ada yang
menarik hati. Ada yang cantik, tapi berkulit hitam. Ada yang putih,
tetapi bertubuh pendek. Ada yang bertubuh semampai, berwajah cantik,
tetapi tidak bisa membaca. Aduuh!" keluh Pangeran dengan wajah bingung.

"Hmm,
bagaimana kalau kuajak Pangeran berjalan-jalan sebentar. Siapa tahu di
perjalanan nanti Pangeran bisa menemukan jalan keluar," ajak Theo
sambil memandang wajah Pangeran yang tampak letih.
"Ooh, baiklah," jawab Pangeran sambil melangkah. Mereka berdua lalu berjalan-jalan ke luar istana.

Theo
mengajak Pangeran ke daerah pantai. Disana mereka berbincang-bincang
dengan seorang nelayan. Tak lama kemudian nelayan itu mengajak pangeran
dan Theo ke rumahnya.
"Isteriku sedang memasak ikan bakar yang lezat. Pasti Pangeran menyukainya," ujar si nelayan.

Setibanya
di rumah nelayan, terciumlah aroma ikan bakar yang sangat lezat. Mereka
duduk di teras rumah nelayan itu. Tak lama kemudian keluarlah istri
nelayan menghidangkan ikan bakar. Istri nelayan itu bertubuh pendek.
Ketika sang istri masuk ke dalam, Theo bertanya, "Wahai Nelayan!
Mengapa engkau memilih istri yang bertubuh pendek?"
Nelayan
itu tersenyum lalu menjawab, "Aku mencintainya. Lagipula, walau
tubuhnya pendek, hatinya sangat baik. Ia pun pandai memasak."
Theo dan Pangeran Arthur mengangguk-angguk mengerti. Selesai makan, mereka berterima kasih dan melanjutkan perjalanan.

Kini
Theo dan Pangeran Arthur sampai di rumah seorang petani. Disana mereka
menumpang istirahat. Rumah Pak Tani sangat bersih. Tak ada sedikit pun
debu. Mereka beberapa saat bercakap dengan Pak Tani. Lalu keluarlah
isteri Pak Tani menyuguhkan minuman dan kue-kue kecil. Bu Tani bertubuh
sangat gemuk. Pipinya tembam dan dagunya berlipat-lipat. Setelah Bu
Tani pergi ke sawah, Theo pun bertanya, "Pak Tani yang baik hati.
Mengapa kau memilih isteri yang gemuk?"
Pak
Tani tersenyum dan menjawab dengan suara bangga, "Ia adalah wanita yang
rajin. Lihatlah, rumahku bersih sekali bukan? Setiap hari ia
membersihkannya dengan teliti. Lagipula, aku sangat mencintainya."
Pangeran
dan Theo mengangguk-angguk mengerti. Mereka lalu pamit, dan berjalan
pulang ke Istana. Setibanya di Istana, mereka bertemu seorang pelayan
dan isterinya. Pelayan itu amat pendiam, sedangkan isterinya cerewet
sekali. Theo kembali bertanya,

"Pelayan, mengapa kau mau beristerikan wanita secerewet dia?"

Pelayan menjawab sambil merangkul isterinya, "Walau cerewet, dia sangat memperhatikanku. Dan aku sangat mencintainya".

Theo dan Pangeran mengangguk-angguk mengerti. Lalu berjalan dan duduk di tepi kolam istana. Pangeran berkata pada Theo,

"Kini
aku mengerti. Tak ada manusia yang sempurna. Begitu pula dengan calon
isteriku. Yang penting, aku mencintainya dan hatinya baik."
Theo
menarik nafas lega. Ia lalu membuka rambutnya yang ternyata palsu.
Rambut aslinya ternyata panjang dan keemasan. Ia juga membuka kumis dan
jenggot palsunya. Kini di hadapan Pangeran ada seorang puteri yang
cantik jelita. Puteri itu berkata,

"Pangeran,
sebenarnya aku Puteri Rosa dari negeri tetangga. Ibunda Pangeran
mengundangku ke sini. Dan menyuruhku melakukan semua hal tadi. Mungkin
ibundamu ingin menyadarkanmu…"
Pangeran sangat terkejut tetapi kemudian berkata,

"Akhirnya
aku dapat menemukan wanita yang cocok untuk menjadi isteriku". Mereka
berdua akhirnya menikah dan hidup bahagia selamanya.


Mundur satu
halaman !

Mundur

Diambil dari Majalah Teman Bermain dan Belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar